Selasa, 26 Januari 2010

Ciri-ciri Ummat Nabi Muhammad SAW

“Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih-sayang terhadap sesamanya (sesama Muslim). Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia dan keridhaan Allah. Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka digambarkan dalam Kitab Taurat dan Kitab Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya dan tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.

Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Fath: 29)

Ayat diatas terdapat didalam Surah Al-Fath. Surah ini diberi nama “Al-Fath” yang berarti kemenangan, karena banyak menggambarkan tentang kemenangan yang akan didapatkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga pada waktu surah ini diturunkan Nabi berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surat yang surat itu benar-benar lebih aku cintai daripada seluruh apa yang disinari matahari“ (Riwayat Bukhari).

Dalam ayat 29 ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang ciri-ciri dari pengikut Nabi Muhammad SAW. Dikatakan bahwa pengikut Nabi itu memiliki ciri-ciri:

1. Perinsip yang tegas melawan kekafiran


Kalau menyangkut aqidah dan keyakinan kepada Allah SWT, ummat Muhammad tidak mengenal kompromi. Apalagi tehadap kekafiran. Kendati kondisi kehidupannya dalam keadaan sangat krisis, sampai terancam kematian, seorang beriman yang mencontohi kehidupan Nabinya tidak akan goyah. Orang-orang kafir yang secara realitas di tangannya tergenggam kekayaan duniawi sering memanfaatkan keadaan seperti ini untuk membujuk dan merayu orang beriman, dengan harapan secara perlahan dapat digeser untuk meninggalkan tempatnya bepijak. Kalau tokh orang lain banyak yang goyah, dia berusaha menjadi syuhada ditengah-tengah krisis itu mempertahankan aqidah dan keyakiannya.

2. Bersifat marhamah (kasih-sayang) kepada sesama Muslim


Nabi menggambarkan sifat orang beriman didalam berkasih sayang bagaikan tubuh yang satu. Bila salah satu anggota tubuh itu menderita sakit maka semua anggota tubuh itu ikut merasa sakit dan tidak bisa tidur.

Diceritakan bahwa dalam sutu peperangan yakni Perang Yarmuk, tiga orang sahabat: Ikrimah bin Abi Jahal, Suhail bin Amru, Al-Harits bin Hisyam, terluka karena terkena anak panah. Pada waktu Ikrimah minta air karena kehausan, seorang sahabat memberikannya segelas air. Saat ingin meneguk air itu Suhail yang ada di sebelahnya juga berteriak minta air karena juga kehausan. Ketika air itu sudah sampai di bibirnya Al-Harits di sebelahnya juga berteriak lebih keras karena tidak mampu menahan dahaga. Maka ketika Al-Harits ingin meneguk air itu terdengar suara nafas Suhail tersengal-sengal maka Al-Harits minta agar air itu diserahkan segera kepada sahabatnya. Karena dalam hatinya berkata, “Temanku jauh lebih parah daripadaku.”

Namun ketika gelas diserahkan kepada Suhail, Suhail sudah keburu gugur. Gelas itu kemudian dialihkan kepada Al-Harits, namun sahabat yang ini juga keburu gugur. Akhirnya gelas itu dikembalikan kepada Ikrimah, tapi lagi-lagi Ikrimah sudah gugur. Sehingga tidak seorang pun di antara ketiganya yang sempat membasahi kerongkongannya dengan segelas air.

Ini satu contoh ekstrim bagaimana perasaan cinta yang tumbuh di kalangan sahabat. Bukan dalam keadaan normal saja mereka tergerak untuk memberi pertolongan tapi dalam keadaan jiwa terancam pun lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri.

Kembang-kembang cinta inilah yang sudah tak nampak di taman kehidupan ummat Islam dewasa ini. Tak ada mawar berduri menjadi pagarnya dan tak ada lagi kembang melati, kembang bougenvil, nusa indah, anggrek, seruni yang menghiasinya. Jadilah taman kehidupan ummat Islam menjadi gersang, tidak mendatangkan kesejukan. Padahal cinta mencintai ini merupakan ciri kehidupan ummat Muhammad yang menjadi lem perekat antara yang satu dengan yang lain.

3. Tegak di atas kekuatan ibadah


Mereka menjadikan rukuk dan sujud (ibadah shalat) sebagai pekerjaan utamanya. Tidak ada yang dijadikan media paling utama untuk menyedot dan menyadap kekuatan Ilahi selain shalat. Mereka juga menjadikan shalat sebagai sarana merendahkan diri di hadapan Allah SWT sehingga kelembutannya tidak mudah disudu dan kekerasannya tidak mudah ditukik, sebagaimana kata peribahasa. Artinya baik sifat lemah lembutnya ataupun ketegasannya tidak dapat dimanfaatkan oleh musuh untuk merusaknya.

Kekuatan Ilahiyah yang telah membentuk kepribadian dan perwatakannya begitu dominan sehingga tidak ada kekuatan yang dapat mendobraknya. Padahal kalau orang menyaksikan apa yang mereka lakukan di malam hari; yang rukuk dan sujud merapatkan wajah ke tanah, seperti tidak mempunyai kekuatan sedikit pun. Terkesan seperti manusia cengeng karena malam-malamnya dipenuhi dengan tangis sesenggukan menghadap Tuhannya. Pada saat itulah kekuatan Ilahiyah tersedot memberi energi dan spirit. Sehingga di kala mereka tampil di medan perang, ibarat singa kelaparan. Atau di kala mereka melakukan aktivitas keseharian nampak energik dan penuh kesungguhan.

4. Wajah-wajah berseri


Ciri lain dari umat Muhammad SAW adalah mukanya berseri-seri. Namun perlu disadari bahwa wajah yang berseri-seri ini tidaklah serta merta datangnya. Itu adalah pengaruh dari hati yang bening. Pengaruh dari rukuk dan sujud serta upaya pendekatan diri kepada Allah SWT yang dilakukannya setiap saat. Memang Nabi pernah mengatakan, ”Barang siapa yang banyak melakukan shalat tengah malam, maka jernihlah wajahnya di siang hari”. (Riwayat Al-A’masy).

Nabi Muhammad SAW memiliki wajah yang seperti ini. Tidak pernah jemu orang menatapnya. Tidak sedikit orang terpengaruh masuk Islam adalah setelah melihat wajah Nabi Muhammad yang memiliki daya pikat yang luar biasa. Orang yang menatap wajahnya dapat menyimpulkan bahwa pemilik wajah seperti itu tidak mungkin pembohong; tidak mungin penipu; lebih-lebih lagi tidak mungkin penjahat. Sebelum Nabi berbicara, orang yang yang menikmati senyumnya telah terpesona duluan.

Demikian inilah semestinya wajah-wajah dan postur orang Mukmin. Kepadanya tumpuan orang untuk menyelesaikan problemnya. Dan di kala berjumpa, baru saja menatap wajahnya sudah selesai sebagian besar permasalahannya. Karena senyumnya yang sejuk langsung menyusup ke kalbu, mencairkan gumpalan problem yang ada di dalamnya.

5. Pertumbuhannya menakjubkan kalangan Islam dan membuat dongkol kalangan musuh


Ummat Muhammad SAW pertumbuhannya ibarat sebatang tunas yang awalnya kecil lalu dengan cepat tumbuh besar menjadi rindang. Tunas awal itu adalah Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya. Kemudian menyusul Abu Bakar As-Shiddiq, sebagai orang dewasa. Ali bin Abi Thalib yang masih anak-anak dan Sa’id bin Haritsa dari kelompok budak. Dari tunas awal inilah kemudian tumbuh menjadi rimbun. Akarnya terhunjam ke petala bumi dan dahan dan rantingnya menjulang ke angkasa.

Dalam waktu yang relatif singkat menurut ukuran kurun peradaban, Islam berkembang sangat pesat. Memang menakjubkan kalangan Islam dan menimbulkan kedongkolan musuh-musuh Islam.

Demikianlah manuver-manuver peperangan yang dilancarkan ummat Islam, orang kafir selalu berada dalam posisi terpecundang. Kini, dari tunas yang kecil itu telah meliputi dunia dengan jumlah satu milyar orang.

Allah SWT menutup ayat 29 ini dengan firman-Nya: “Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara mereka dengan ampunan dan pahala yang besar.” * (Manshur Salbu/Hidayatullah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar